Maret 2024

Oleh : Usth. Ricca Anggraini S.Tr.Keb.
Tema : Adab Bersikap Kepada Orangtua dan Guru

Saat ini sudah mendekati perpulangan Ramadhan, santriwati akan segera pulang bertemu dengan orangtua. Maka pastikan menjaga adab dan perilaku yang baik pada orangtua. Ketika santriwati datang ke rumah, pastikan untuk segera menemui orangtua lalu mengucapkan salam dan memeluknya.

Adab atau cara berbakti pada orangtua ketika beliau masih ada di dunia adalah sebagai berikut.

1. Menyampaikan terima kasih dan mengungkapkan rasa sayang pada orang tua.
2. Memberikan hadiah terbaik, tidak harus mahal yang penting tulus. Misalnya menunjukkan nilai ujian yang baik.
3. Segera mendatangi orangtua, melihat kondisinya dan segera datang apabila dipanggil.
4. Berbicara dengan perkataan yang baik.
5. Membantu orangtua tanpa perlu diminta.
6. Ketika berjalan bersama, maka mendampingi dengan santun dan membawakan bawaannya.
7. Memeluk orangtua.
8. Menjawab dengan baik, tidak boleh membantah, dan tidak menyela perkataan orangtua.
9. Meminta maaf apabila melakukan kesalahan atau berperilaku yang tidak baik.

Setiap anak bagaimanapun kondisinya akan menjadi kesayangan bagi orangtuanya.

Adapun bagi mereka yang orangtuanya sudah tiada, maka cara berbakti yang dapat dilakukan adalah:

1. Perbanyak mendoakan dan memintakan ampunan.
2. Jika orangtua masih memiliki janji atau utang yang ditinggalkan, maka anak harus berupaya menunaikan dan melunasinya.
3. Terus menjalin hubungan baik dengan kerabat dari orangtua.
4. Bersedekah atas nama orangtua.

Selain adab terhadap orangtua, kita wajib beradab baik kepada guru. Guru adalah orangtua kedua bagi kita. Adab terhadap guru di antaranya sebagai berikut.

1. Memiliki hati dan niat yang baik (niat untuk menimba ilmu).
2. Menghormati dan memuliakan guru.
3. Mencari rida guru. Keridaan guru menentukan keberkahan dan kesuksesan kita.
4. Mendengarkan penjelasan dengan baik.
5. Semangat dalam menuntut ilmu.
6. Bersikap santun kepada guru.
7. Miliki cita-cita yang tinggi.
8. Catat apa yang disampaikan oleh guru.

Red. Hanzt

Oleh : dr. Mukhlas Hamidy
Tema : Mempererat Ukhuwah Islamiyah di Bulan Ramadhan

Umat muslim diwajibkan menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan dan ini hal yang wajib disyukuri. Ketika berada di pesantren kita juga wajib bersyukur karena berada di lingkungan yang mendukung kita melaksanakan ibadah di bulan Ramadhan dengan baik. Perwujudan syukur kita salah satunya adalah dengan meningkatkan ibadah dan memanfaatkan waktu di bulan suci dengan sebaik-baiknya.

Upayakan bulan Ramadhan ini tidak hanya sebagai bulan menahan lapar dan haus saja, tapi jadikan momentum perbaikan. Pada bulan ini, umat muslim dapat belajar untuk menghilangkan kesombongan, kekakuan, dan perasaan “paling”. Bulan ini dapat dijadikan sebagai momentum menjalin ukhuwah Islamiyah dengan saudara kita, utamanya pada sesama muslim.

Ada 3 karakter orang mutaqqin dalam menjaga persaudaraan, hal ini termuat dalam Surat Ali Imran 133-134, yaitu:

1. Sebagai orang dermawan, yaitu gemar menyedekahkan hartanya pada orang lain yang membutuhkan.
2. Mampu menahan amarahnya.
3. Suka atau gemar memaafkan. Meskipun memaafkan adalah hal yang berat bagi manusia.

Semoga dengan menjalin ukhuwah Islamiyah, memperbanyak sedekah, menahan amarah, gemar memberi dan meminta maaf, Allah menjadikan rida atas ibadah yang kita lakukan.

Red. Hanzt

Oleh : Usth Irahayu HM, S.IP
Tema : Rendah Hati

Rendah hati merupakan bagian daripada iman, dan barangsiapa rendah hati karena Allah, niscaya Allah akan mengangkat derajatnya.

Sebagaimana seharusnya, kita harus tawakkal ilmu, yaitu apabila kita bertemu dengan seseorang yang lebih tua kita merasa kurang ilmu, kurang pahala. Dan apabila bertemu dengan yang lebih muda kita merasa malu atas dosa dan maksiat kita.

Kita hidup atas kuasa Allah, dan dengan segala nikmat yang Allah berikan, namun tak jarang kita justru sombong, lupa terhadap siapa yang telah memberikan segala nikmat ini. Jangan sampai kita menjadi seperti iblis yang sombong, ketika Allah meminta iblis sujud kepada adam justru ia enggan dan merasa bahwa dirinyalah yang lebih baik.

تَوَاضَعْ تَكُنْ كَالنَّجْمِ لَاحَ لِنَاظِرٍ # عَلَى صَفَحَاتِ الْمَاءِ وَهُوَ رَفِيْعٌ
Rendah hatilah! maka engkau akan menjadi seperti bintang yang terlihat
Di permukaan air, namun (sebenarnya) ia berada pada posisi yang tinggi

وَلَا تَكُنْ كَالدُّخَانِ يَعْلُوْ بِنَفْسِهِ # إِلىَ طَبَقَاتِ الْجَوِّ وَهُوَ وَضِيْعٌ
Dan janganlah seperti asap yang membumbung tinggi dengan sendirinya
Ke lapisan atmospere namun (sebenarnya) ia berada pada posisi rendah

Semua yang ada dalam kehidupan kita adalah titipan, maka jangan sekali-kali kita merasa sombong, jangan sampai sifat sombong membuat kita terhalang masuk kedalam syurga Allah.
Bahkan suatu saat ketika ada seekor keledai milik suku badui yang bisa lebih cepat daripada unta Rasulullah, dan sahabat nabi merasa resah akan hal itu. Rasulullah justru berkata “segala sesuatu tidak selamanya abadi, yang cepat pun akan melambat, dan yang muda pun akan menua”.

Maka jangan pernah kita sombong terhadap apa yang kita punya, terus berendah hati karena sesungguhnya semua ini hanyalah milik Allah yang dititipkan kepada kita. Dan tanpa kuasa-Nya kita bukanlah apa-apa

Oleh : Ust Rodliludin El Sureni, S.Pd.I
Tema : Ciri-Ciri Manusia yang Bermanfaat

خَيْرُ الناسِ أَنْفَعُهُمْ لِلناسِ
“Sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat untuk orang lain”

Sebagaimana yang tertulis dalam hadist diatas, bahwa Allah menciptakan apapun didunia ini beserta manfaatnya, meski hal terkecil sekalipun.
Lalu jika hal terkecil saja Allah ciptakan beserta manfaatnya, bagaimana dengan manusia yang diberi akal dan kemampuan untuk berbuat baik dan bermanfaat untuk sesama?

Kita seringkali lalai, dengan tujuan awal mengapa kita diciptakan, yang seharusnya berbuat baik justru saling menyakiti, yang seharusnya memberi manfaat justru membuat kerusakan نَعُوْذُبِاللهِ مِنْ ذَالِكَ.

Inilah yang harus terus diingat dalam fikiran kita, kita jadikan tujuan hidup tang sebenarnya, bahwa Kita hidup untuk beribadah kepada Allah, berbuat baik terhadap sesama, dan menebar manfaat dalam kebaikan
صالحة للنفس ،وصالحة للغيره

1.Untuk berbuat manfaat juga perlu didasari dengan iman, karena kita harus melakukan segala sesuatu dengan ikhlas, tidak pamrih ataupun mengharap pujian orang lain, dan dengan imanlah hal tersebut dipadukan, agar kita menjadi orang yang bermanfaat dengan benar dan tidak sia-sia perbuatan baik kita jika diniatkan karena Allah SWT.

2.Kemudian selanjutnya, senantiasalah mengingat Allah dimanapun dan dalam kondisi apapun, jika kita merasa setiap gerak gerik kita diawasi, maka pasti kita akan selalu berusaha berbuat baik. Tanpa harus diingatkan oleh orang lain

3.Perbanyak membaca Al-Qur’an, karena Al-Qur’an merupakan dasar kehidupan, penuntun kemana tujuan hidup kita, panduan lengkap bagaimana seharusnya kita beriman dan bertaqwa serta bagaimana seharusnya kita menebar kebaikan dan menjadi manfaat.

4.Berbuat baiklah mulai dari lingkungan terkecil, mulai dari diri sendiri, kemudian keluarga, hingga lingkungan sekitar, berbuat baik dan menebar manfaat memang mudah diucapkan, tapi tidak untuk dilaksanakan, maka dari itu berbuatlah baik dikit demi sedikit tapi selalu konsisten dan istiqomah

5.Berusahalah menjadi dermawan, memberi sesuatu kepada orang lain dengan ikhlas, karena orang yang beruntung hidupnya adalah yang menghabiskan masa hidupnya dengan melakukan kebaikan, dan bersodaqoh

Banyak hal yang merupakan ciri-ciri orang bermanfaat, dan cara agar menjadi orang yang bermanfaat, dan yang paling terpenting adalah didasari dengan keimanan, karena kita akan senantiasa dalam rahmat dan lindungannya jika kita melakukan segala sesuatu dengan niat Lillahi Ta’ala

Oleh : Usth Siti Inganah Islani, S.Pd.I
Tema : Kewajiban Wanita Untuk Menjaga Aurat

Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an Surat Al-Ahzab ayat 59 :

يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُل لِّأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِن جَلَابِيبِهِنَّ ۚ ذَٰلِكَ أَدْنَىٰ أَن يُعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ ۗ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَّحِيمًا

Artinya : “Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan istri-istri orang mukmin: ‘Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.’ Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Al-Ahzab: 59)

Ayat ini menjelaskan tentang kewajiban bagi wanita Muslimah untuk menjaga aurat mereka, dengan mengenakan jilbab yang meliputi seluruh tubuh mereka kecuali wajah dan telapak tangan. Ini adalah bagian dari kepatuhan terhadap perintah Allah SWT dan juga sebagai bentuk perlindungan terhadap diri mereka dari godaan dan gangguan yang mungkin timbul dari pihak luar.

Maka dari itu hendaknya seluruh muslimah untuk “yudniina” (menjulurkan / memanjangkan) jilbabnya, supaya diketahui kalau ia benar-benar wanita dan agar tidak merasa terhina serta tidak sombong. Adapun aurat wanita meliputi seluruh tubuh mereka kecuali wajah dan telapak tangan. Sedangkan aurat laki-laki dari pusar sampai lutut.

Tetapi perlu di garis bawahi jika memanjangkan jilbab hingga menyapu lantai maka itu juga tidak boleh, karena terlalu melampaui batas. Salah satu mahfudzot mengatakan “Khoirul Umuuri Ausatuha” “sebaik-baiknya perkara ialah per tengahannya”.

Oleh karena itu, mari kita ambil pelajaran dari ayat Al-Qur’an ini dan jadikan sebagai pengingat bagi diri kita sendiri serta untuk menyebarkannya kepada sesama. Mari kita tingkatkan kesadaran akan pentingnya menjaga aurat sebagai bagian dari ibadah dan ketaatan kepada Allah SWT. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan petunjuk dan kekuatan kepada kita semua untuk menjalankan ajaran-Nya dengan sebaik-baiknya. Aamiin.

Oleh : Ustadz Ngabdus Sidik, S.Ag
Tema : Hal-hal yang membatalkan wudhu

Salah satu penyebab terjadinya sholat yang tidak khusyu’ adalah wudhu yang tidak sempurna, dikarenakan adanya bagian yang tidak terbasuh. Wudhu adalah syarat sah nya sholat. Jika wudhunya tidak sempurna maka sholatnya menjadi tidak sah. Maka dari itu sempurnakanlah wudhumu !

قال رسول الله ﷺ: من توضأ فأحسن الوضوء، خرجت خطاياه من جسده حتى تخرج من تحت أظفاره (رواه مسلم)

Nabi Muhammad SAW. bersabda: ”Barang siapa berwudhu dan menyempurnakan wudhu (dengan memperhatikan fardhu dan sunah-sunahnya), maka keluarlah dosa-dosa dari jasadnya hingga keluar dari bawah kuku-kukunya”. (HR Muslim).

Ada hadits lain mengatakan “kalau wudhunya tidak sempurna, maka ulangilah wudhumu”. Wudhu hakikatnya adalah membersihkan/mensucikan tubuh kita dari hadats kecil. Yang kotor bukan hanya tubuh kita, tetapi hati kita juga bisa kotor. Cara kita agar bisa membersihkan kotoran hati rohani ialah dengan beristighfar. Rasulullah SAW. yang sudah di jamin dosanya yang telah lalu dan akan datang pasti diampuni dan masuk surga saja masih beristighfar 100x dalam sehari, lalu bagaimana dengan kita yang tidak dijamin seperti itu ?

Didalam hati kita itu ada pintu menuju Allah, maka yang bisa membuat kita berkonsenterasi beribadah kepada Allah adalah hati nurani kita. Salah satu kesalahan yang sering terjadi saat ini ialah menganggap sesuatu yang membatalkan wudhu tetapi dianggap tidak membuat batal yakni tertidur. Hal kedua yang membatalkan wudhu adalah keluarnya sesuatu dari Qubul dan Dubur. Yang ketiga, hilang akal atau gila. Keempat adalah murtad, yang kelima adalah bersentuhan dengan yang bukan mahromnya, dan yang terakhir adalah menyentuh kemaluan dengan telapak tangan.

Sebaik-baiknya muslim adalah menjaga diri dari perkara yang membatalkan wudhu. Sebab, wudhu termasuk bagian dari syarat sah shalat. Maka dari itu, mari mulai sekarang kita perbaiki wudhu kita agar sholat kita bisa khusyu’.

Oleh : Ustadzah Santi Zulfa, S.HI
Tema : Hukum Mengisi Shaf Sholat yang Kosong

Sholat merupakan kewajiban bagi seluruh umat Islam. Allah telah mengatur segala ketentuan mengenai sholat tersebut dalam fiqih, mulai dari tata cara sholat, udzur dalam sholat, dan lain sebagainya.

Salah satu permasalahan dalam sholat berjamaah yang sering kita temui adalah mengenai shaf kosong. Kira-kira bagaimana ya hukumnya? Dan apa yang harus kita lakukan terhadap shaf yang kosong? Mari kita simak bersama penjelasan dari Ustadzah Santi Zulfa. ???? 

Oleh : Ustadz H. Zaenal Arifin, S.Ag
Tema : Hakikat Syukur

Syukur adalah ungkapan rasa terima kasih dan pengakuan atas segala nikmat yang telah diberikan oleh Allah kepada manusia.

Wujud rasa syukur dapat kita lakukan dengan menggunakan seluruh pemberian Allah untuk mengabdi dan beribadah kepada Nya. Semoga Allah senantiasa menuntun langkah kita untuk selalu berada di jalan Nya… Aamiin.. ????????

Red. : Maulid
Gambar : Latifa Sakinah